cornelis |
Armyn Angkasa Alianyang |
Banyak orang memanjatkan doa pada saat menjelang penggantian tahun kemarin. Dalam doa mereka mengharapkan Tuhan memberi kemudahan ,kemurahan atau minimal konsesi kepada mereka supaya pada tahun 2012 ini akan merupakan tahun keberuntungan, mudah mencapai kesuksesan dalam ber karier. Tak kecuali Pak HK dan Pak Cornelis juga berdoa, sudah pasti doa mereka mengandung permohonan kepada Tuhan supaya mereka dapat terpilih kembali sebagai pemimpin Kalbar pada tahun 2012 ini.
Ada peramal yang memprediksi bahwa tahun 2012 akan banyak terjadi bencana alam, perekonomian dunia semakin tidak menentu. Apapun ramalan mereka, yang jelas di bumi Kalbar tahun 2012 nanti adalah tahun yang penuh tantangan bagi Pak HK, dan Pak Cornelis. Karena mereka akan menghadapi beberapa kendala supaya mereka dapat terpilih kembali . Adapun kendala yang dihadapi yakni menghadapi kompetitor yang sangat kuat, persepsi atau kesan masyarakat Kalbar dan Singkawang terhadap mereka. Persepsi masyarakat merupakan bagian dari sebuah penilaian masyarakat terhadap kepemimpinan mereka sejak terpilih hingga sekarang, yang berdasarkan pengamatan mereka atau masyarakat Kalbar.
Sekedar contoh menurut penilaian dari seorang senior alumni SMAN3 Pontianak, yang kini menjadi pengusaha di kawasan Season city, Jakarta Barat. Dalam sebuah pertemuan alumni, beliau memberi kesaksian “ketika Pak Sanjaya meminta dukungan, banyak teman kami memberi dukungannya”, kata Bapak ini yang meminta Cintasingkawang merahasiakan identitas dirinya. Sesudah Pak Sanjaya terpilih sebagai wakil gubernur secepat itu juga HPnya dimatikan. “Sehingga banyak temannya
hanya mau mengucapkan kata selamat saja tidak diberi kesempatan,
akibatnya banyak teman merasa kecewa. Pemimpin semacam itu adalah
pemimpin hanya kita pilih dia sekali saja, kalau minta kita memilih dia lagi, sorry deh”, kata Bapak ini dengan nada kecewa.
Masyarakat Internasional terkejut ketika mendengar pernyataan Pak Gubernur Kalimantan Barat mengenai persengketaan perbatasan wilayah Kalimantan dengan Malaysia. Menurut Pak Gubernur yang pernah ditegur keras oleh Pak Neras Terang (Gubernur Kalteng) dalam kasus penghakiman massal kepada Prof.Thamrin Tamagola : ” Saya
sebagai kepala pemerintah di sini haruslah mempertahankan wilayah saya.
Jika memang Malaysia tidak mau berunding, maka akan kami
nasionalisasikan saja mereka punya investasi yang ada di Kalbar, saya
tidak takut," ungkap Cornelis di Pontianak, Jumat (4/11/2011)-kompas”.
Menurut masyarakat Internasional, sangat disayangkan pernyataan Pak gubernur kita yang kurang memahami hukum internasional , hukum ketatanegaraan, apalagi kerkaitan dengan penanaman asing yang ada di negeri ini, menyelesaikan persoalan cenderung emosional dan sarat memakai kekerasan.
Menurut track record Pak Cornelis di wilayah kabupaten Landak. Komunitas Tionghoa Landak pernah mengeluh ketika menerima ancaman , intimidasi, pada saat menjelang pemilihan Bupati Landak pada zaman Pak Cornelis sebagai bupati Landak. Akibatnya hampir semua suara dari TPS-TPS yang di dominasi populasi Tionghoa tidak memilih Pak Cornelis.
Ketika Cintasingkawang menghubungi salah - satu petinggi DAD (Dewan Adat Dayak) menanyakan apakah keuntungan DAD selama Pak Cornelis menjabat gubernur KalBar? Pejabat ini tidak dapat memberi jawaban yang pasti. Satu hal sudah jelas, siapapun yang menjabat Gubernur masalah pemilikan tanah adat etnis dayak di KalBar semakin tidak jelas. Dari
hari ke hari tanah mereka semakin bertambah sempit. Hilangnya pemilikan
tanah adat ini akan mempengaruhi kehidupan mereka, hilangnya tanah
identik hilangnya kehidupan mereka. Hal ini sudah terjadi pada suku
Indian yang tinggal di Negara-negara Amerika Latin. Hilangnya pemilikan tanah suku Indian, hilanglah kehidupan mereka ( Suku Indian kehilangan posisi bargaining di negara bersangkutan).
Untuk melindungi kepentingan
etnis dayak ini tidak bisa mengandalkan para politisi, karena para
politisi cenderung mengutamakan kepentingan mereka sesaat dan
individual. Banyak pemilik tanah adat dibujuk oleh para politisi mereka untuk meminta mereka melepaskan pemilikan tanah kemudian tanah tersebut dijual untuk pengusaha perkebunan.
Melihat perkembangan di KalBar pada dewasa ini, para politisi berpolitik mengandalkan kekerasan etnis dan agama untuk mencapai tujuannya. Cara- cara seperti itu akan mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara dan mengancam keutuhan NKRI. Menyebabkan kawasan ini sangat tidak stabil baik dari segi politik maupun keamanan. Faktor tersebut dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendeka atau panjang di Kalbar. Oleh sebab itu merupakan kewajiban pihak militer untuk menstabilkan sikon yang sangat tidak kondusif di bumi Kalbar ini ,untuk itulah TNI mendorong salah satu perwira tingginya untuk terjun ke dalam kompetisi di Pilgub Kalbar agar mendapat posisi sebagai pemimpin dalam pemerintahan sipil di Kalbar. Pihak militer tidak ingin melihat di KalBar menjadi sumber ketegangan antar etnis dan agama, yang pada intinya dapat menghancurkan intergrasi militer dan merusak keutuhan NKRI seperti yang terjadi di wilayah lain di Republik Indonesia.
Sejak beberapa tahun yang lalu, pihak Asing terutama negara Barat kembali menjalin kerjasama militer dengan RI. Ini menandakan bahwa pihak militer telah memperbaiki citra dan image mereka yang pernah ternoda di masa pemerintah rezim Suharto.
Pak Cornelis akan berhadapan dengan Pak Mayor Jenderal Armyn
Alianyang pada pilgub KalBar pada tahun ini yang didukung penuh oleh
seluruh jajaran teritorial TNI-AD . Pak Armyn merupakan tokoh yang
sangat popular baik di kalangan militer ataupun sipil. Terutama di
daerah pesisir pantai utara dan di daerah tempat kelahiran orangtuanya pedalaman Menantak Sintang
,Kalimantan Barat. Keunggulan Pak Armyn merangkul pelbagai etnis tanpa
mempermasalahkan agama, ras, dan status sosial ekonomi. Tantangan
terbesar bagi Pak Armyn yakni bagaimana mempersatukan visi etnis Dayak
di KalBar yang terdiri dari beberapa sub suku tanpa konsiderasi agama
yang dianut oleh mereka . Dengan demikian akan membawa etnis Dayak
KalBar ke dimensi lain tanpa kehilangan identitas etnis mereka.
Tantangan
yang dihadapi Pak Cornelis juga tidaklah ringan adalah bagaimana
memperbaiki komunikasi di kalangan etnis Dayak di Bengkayang, Sintang,
Landak. Akibat intervensi politik yang berlebihan untuk tujuan
mempengaruhi jalan arus demokrasi di daerah tersebut telah merugikan
image Pak Cornelis. Tuduhan tuduhan miring terhadap Pak Cornelis yang
sering terdengar di kalangan etnis Dayak bahwa Pak Cornelis lebih
mengutamakan kepentingan “Dinasti Cornelis” seperti yang sedang melanda
para elit di Indonesia daripada kepentingan etnis Dayak di kawasan
tersebut sekedar contoh pilkada Landak yang lalu .